Usaha budidaya rumput laut, kini telah bergeser menjadi tumpuan penghidupan bagi sebagian nelayan tradisional di Indonesia, Seperti yang dilakukan oleh beberapa desa seperti Desa Laemanta, Parigi Moutong dan Desa Silang Payang
Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keuangan para nelayan dan petani.
Contohnya seperti yang dilakukan oleh Munir Maseang (37), nelayan pancing di Desa Laemanta, sebagai nelayan dia mulai fokus dalam mengembangkan budidaya rumput laut.
Selain tidak membutuhkan pupuk, peptisida ataupun bahan bakar minyak, rumput laut juga juga memiliki memiliki masa yang relatif singkat , yakni sekitar 45 hari dan masa panen yang lebih singkat lagi yakni 25 hari.
Meski demikian dia tetap mengatakan bahwa nelayan adalah hidupnya, tetapi dia tidak mengandalkan tangkapan ikan sebab tidak cukup,sekarang hasil tangkapan ikan hanya untuk tambahan makan sehari-hari.
Tukasnya yang merupakan Ketua Kelompok Pembudidaya Rumput Laut, "Bangkit Bersama".
Upaya serupa dilakukan oleh sebagian petani coklat seperti yang dilakukan di kabupaten Parigi Moutong tercatat ada 11.000 pembudidaya rumput laut.
Begitu juga dengan petani di Desa Silang Payang seperti yang dilakukan oleh AntongKasim (45) yang mulai meninggalkan usaha kebun coklat dan beralih ke rumput Laut.
Oleh karena itu dalam kesepakatan bersama enam kementrian beberapa waktu lalu, pemerintah sepakat bahwa rumput laut akan menjadi instrumen untuk pengentasan kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya di daerah tertinggal.
Wakil presiden Boediono juga menyebutkan, rumput laut merupakan penggarapan potensi laut dengan konteks besar menyatukan ekonomi Indonesia berbasis kelautan.
Kementrian Kelautan dan Perikanan menjadikan rumput laut sebagai komoditas andalan dengan target peningkatan produksi dari 3 juta ton tahun 2010 menjadi 10 juta ton tahun 2014.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.