Jumat, 27 Mei 2011

Mengolah sutra emas menjadi aksesori

oleh: Eny

Bagi kebanyakan orang sutra emas mungkin masih asing. Sebab jenis ulat sutar yang biasa kita kenal adalah sutra putih.
Padahal sutra emas ada, dan dapat diperoleh dari jenis ulat sutra asli Indonesia.
Di tangan Citra Ayu Furry (22),benang-benang sutra di sulap menjadi berbagai aneka aksesori yang cantik.
Awalnya pengolahan benang-benang sutra dia lakukan secara iseng, akan tetapi hasilnya ternyata direspon positif oleh pasar.

Pergulatan Citra dengan ulat sutra berawal dari kegiatan praktikum di kampusnya.
Mahasiswi Jurusan Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) , itu sempat memperoleh praktikum budidaya ulat sutra emas pada semester VII.
Bersama teman-temannya, dia mulai membudidayakan ulat sutra sampai membentuk kepompong.
Setelah kepompong menetas, bekas cangkangnya dibiarkan begitu saja di kandang oleh teman-temannya.

Saat melihat bekas cangkak kepompong tersebut, Citra mulai tertarik dan berkeinginan untuk memanfaatkan cangkang kepompong tersebut. " Setelah saya amati , serat cangkangnya ternyata sangat indah dan berwarna emas.
Saya pun tertarik memanfaatkanya sebagai bros. " ujar perempuan kelahiran Lampung tersebut.
Bros Hasil kreativitasnya kemudian dipakai oleh Citra sendiri, dan ternyata banyak teman Citra yang menyukainya. Dan dari situlah Citra mulai mengembangkan usahanya.

Perlahan tapi pasti, Citra mulai membuat berbagai jenis aksesori, seperi anting, kancing baju, dan tas.
Kiprahnya itu mendapat apresiasi dari pihak direktorat IPB.
Dia ditunjuk untuk mewakili IPB dalam pameran Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Malang tahun 2009.
Sukses dalam pmeran di Malang membuat pesanan terus mengalir. Kegigihan Citra membuat IPB yakin mengikut sertakan dia dalam program kreativitas dai Direktorat Pendidikan Tinggi.

Menurut Citra , sutra emas banyak dijumpai di Indonesia.
Berbeda dengan sutra putih yang hidup dilingkungan udara dingin, sebaliknya sutra emas banyak ditemui di daerah beriklim tropis.
Sayangnya sutra emas belum dibudidayakan karena penetan soal itu masih sedikit.
"Sebenarnya, masyarakat sering menemui ulat tersebut, terutama dipohon avokad, jambumte, dan eberapajenis tanaan buah lain.
Sayangnya masyarakat sering membunuh  ulat tersebut karena dianggap hama.
Padahal, daun tanaman yang dimakan oleh ulat itu justru akan tumbuh subur," ujar gadis berkerudung tersebut.



Omzet yang lumayan

Aksesori yang dibuat oleh Citra di jual sebesar Rp 10.000 hingga Rp 400.000. Omzetnya sebulan berkisar Rp 6 juta. Dari omzet tersebut, dia medapatkan keuntungan bersih sekitar 50 persen.
"memang masih kecil, tetapi ke depan saya yakin bisnis ini sanagt cerah karena belum banyak digeluti "katanya.
Setelah aksesori, Citra akan melakukan diversifikasi usaha dengan merambah ke dunia fashion.
Di akan memanfaatkan serat sutra untuk desain baju. Ia yakin fashion akan mendongrak usahanya lebih cepat.



Menyerap tenaga kerja

Untuk urusan tenaga kerja, Citra mengajak ibu-ibu janda di daerah Manggarai, Jakarta.
Hal tersebut sengaja dilakukan untuk membantu ibu-ibu yang kesulitan mencukupi kebutuhan keluarga mereka.
"Saya ingin usaha ini tidak hanya memberikan keuntungan keluarga, tetapi juga orang-orang yang memang memutuhkan," ujarnya.

Ramah Lingkungan

Banyak kalangan yang mencibir usaha Citra, terutama dari mereka yang pro pada kelestarian ulat sutra.
Namun dengan gigih Citra terus meyakinkan bahwa ulat sutra emas berbeda dengan sutra putih.
Pada sutra emas , yang dimanfaatkan hanya bekas cangkangnya kepompongnya, sementara bila sutra putih kepompong beserta calon kupu-kupu di manfaatkan semua.
Jadi sutra emas lebih ramah lingkungan karena tidak mengganggu populasi ulat.
"Sya yain sutra emas kedepan akan menjadi pilihan favori menggantikan sutra putih", ujarnya.

Sumber : Kompas
Sumber gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.